Jumat, 04 Oktober 2024

REFLEKSI DWI MINGGUAN PGP

 Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga Anda dapat semakin mengenali diri sendiri.

Seperti apakah refleksi yang bermakna itu?

  • Kegiatan berefleksi dapat diibaratkan seperti bercermin di air. Pantulan baru dapat terlihat jelas jika permukaan air tenang dan jernih. Ketika kondisi hati masih berkecamuk, sebaiknya kita menunggu dan mengendapkan pengalaman agar dapat berefleksi dengan mendalam.  
  • Refleksi perlu beranjak dari sekadar menuliskan kembali materi/pengetahuan yang sudah didapat. Lebih dari itu, materi tersebut perlu dikaitkan dengan proses yang terjadi dalam diri. Misalnya, apa yang membuat materi tersebut membekas di pikiran saya? Apa peristiwa dalam hidup saya yang berhubungan dengannya? Apa kaitan materi ini dengan diri saya sebagai seorang penggerak? Bagaimana saya akan menggunakan materi ini untuk murid saya?
  • Refleksi adalah momen untuk berdialog dengan diri sendiri dalam memaknai peristiwa. Karena itu, ceritakanlah pengalaman dan pemikiran yang ANDA sendiri alami. Bukan apa yang dialami, dipikirkan, atau dikatakan oleh orang lain.
  • Refleksi bermakna adalah refleksi yang jujur dan mendalam. Tidak hanya pengalaman dan pemikiran positif yang bisa ditulis. Kuncinya, sertakan emosi dalam menuliskan refleksi. Roda emosi Plutchik pada di bawah ini memberikan gambaran betapa kayanya perasaan yang manusia rasakan.  


Sumber: bit.ly/2d5PGN diterjemahkan oleh Ivan Lanin (2009)

Sama halnya dengan keterampilan lainnya, menulis jurnal refleksi pun perlu latihan dan pembiasaan agar dapat dirasakan manfaatnya. Selama program, Anda akan mendapat kesempatan untuk menuliskan refleksi setiap dua minggu sekali. Pada awalnya, mungkin tidak mudah untuk menuangkan gagasan reflektif ke dalam tulisan. Karena itu, untuk membantu Anda, kami menyajikan beberapa model refleksi yang dapat Anda gunakan. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di setiap model tersebut berfungsi untuk memandu Anda dalam mencurahkan isi pikiran dan perasaan Anda. Tuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam bentuk paragraf (tidak dalam poin-poin bernomor). Cobalah untuk memvariasikan model yang berbeda di setiap tulisan. Selamat berefleksi!

  

REFLEKSI KONSEP PEMBELAJARAN KHD

 REFLEKSI KONSEP PEMBELAJARAN KHD  

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran  adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberikan ilmu yang berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan  adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut menegaskan bahwa pendidikan dan pengajaran adalah dua hal yang  tidak dapat dipisahkan.

Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan semboyan yang sangat menginspirasi dalam dunia pendidikan yaitu Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat atau kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan). Trilogi semboyan pendidikan tersebut hingga kini terus berusaha diwujudkan dalam pengajaran dan pendidikan di Indonesia.

Secara teoritik pemikiran KHD sudah relevan dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini. Apabila kita tinjau kembali Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, pemikiran KHD telah terserap dalam kerangka pemikiran titik keberhasilan pendidikan secara nasional. Tetapi masalahnya, secara praktik pemikiran-pemikiran KHD tentang pendidikan dan pengajaran belum mampu secara utuh dan konsisten hidup dalam masyarakat pendidikan nasional.

Kita menemui pendidikan hari ini belum memberikan tuntunan pencapaian kodrat diri anak dan kebahagiaan dalam proses belajar. Sekolah masih harus terus berbenah agar mampu menjadi wadah tumbuhnya kodrat diri para peserta didik secara optimal. Pendidik masih harus terus belajar agar tidak lupa menuntun siswanya untuk mencapai kodrat diri dan terus mencoba menerapkan trilogi pendidikan. Pemikiran KHD apabila kita sandingkan dengan fenomena sekarang ini, di tengah tuntutan administrasi yang menuntut pendidik untuk mengerjakan. Tuntutan ambang batas angka ketuntasan belajar harus dikaji kembali, karena sedikit banyak membuat peserta didik tertekan dalam proses belajar, jelas hal itu bukan menjadi sebuah keselamatan dan kebahagiaan dalam belajar.

Sebagai refleksi dalam kehidupan sehari-hari saya sebagai pendidik, pemikiran KHD memang belum optimal diwujudkan. Proses transfer ilmu berfaedah demi kecakapan peserta didik memang sudah senantiasa dilakukan secara lahir, namun proses transfer ilmu secara batin masih harus dipertanyakan. 

Terkadang saya masih menganggap bahwa menjadi guru hanyalah sekadar profesi sehingga mengabaikan proses menuntun dalam keseharian mendidiknya. Trilogi semboyan pendidikan KHD juga belum mampu saya terapkan dengan maksimal dalam proses pengajaran di sekolah. Hal-hal inilah yang hingga kini terus saya  jadikan bahan renungan untuk terus belajar.

Dengan mempelajari modul 1.1 ini secara komprehensif, saya berharap mendapatkan energi dan feedback positif . Selain berharap mampu memahami pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara secara utuh menyeluruh hingga mampu menerapkannya untuk diri sendiri sebagai pendidik, saya juga berharap agar mampu menuntun peserta didik untuk mencapai kodrat diri, bahagia dalam setiap pembelajaran, tanpa tekanan dalam belajar dan mampu menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat. 

Dalam pembelajaran modul 1.1, saya berekspektasi untuk perlu adanya kegiatan diskusi secara fokus dan mendalam terhadap penerapan pemikiran KHD dalam keseharian pengajaran di sekolah dan pembahasan metode pengajaran yang mampu menuntun anak mencapai dan menguatkan kodrat anak,tumbuhnya kodrat diri para peserta didik secara optimal. Pendidik masih harus terus belajar agar tidak abai "menuntun" siswanya untuk mencapai kodrat diri dan terus mencoba menerapkan trilogi pendidikan pemikiran KHD di tengah tuntutan administrasi yang menggunung.

Akan tetapi saya sangat senang belajar dari materi ini, karena menggugah jiwa saya sebagai pendidik untuk lebih memposisikan sebagai pendidik yang bisa mengantarkan peserta didik belajar dengan selamat dan bahagia. Melaksanakan pembelajaran yang menghamba kepada kebutuhan peserta didik.

 https://youtu.be/YBqW3vwIw-c?si=nFbvTUfB1_ELAQnE