Senin, 09 Desember 2024

Bait bait mengenangmu

 Aku yang dulu pernah

Dimanjakan olehmu

Diratukan dengan pelayananmu yang penuh kasih..

Sebegitu indahnya kala itu..

Hidup bagai seperti diskenario sinetron..

Kalau kangen langsung telepon ingin bertemu..

Gayung bersambut mengijinkan cinta berjalan mengikuti alurnya...

Begitu hangat begitu mesra..

Kau rela menunggu jam pulang ku..

Hanya untuk luapkan rasa rindu..

Jauh jauh kau datang, tapi kau lakukan juga demi penuhi rasa bergelayut di dada

Jarak bukan kendala ketika cinta bicara..

Lelah bukan hambatan ketika rindu berderu..

Yang ada hanya gigihmu mempertaruhkan sebuah rasa..

Habis pulang kerja, padahal lagi capek capeknya

Jemput aku yang pulang dari kampung halamanku..

Kijangmu nekad kau tanjakan di jalan ketinggian..ya Allah bangga liat seeffort itu..

Ingat juga ketika aku berangkat kerja

Langkah kaki menuju bis yang berhenti

Dengan adegan dramatis kau balap bus itu dari sebelah kiri dan sempat kagetkan aku..

Ahh.. teringat itu, jujur aku bangga liat atraksimu..

Kalo ada lelaki yang intens menelepon

Berkabar nyampe di tempat kerja

Lalu ngobrol sampai berangkat bus yang kau kendarai..

Sampai tempat kau tuju, kau selalu konfirmasi menghubungi..

Itu yang aku paling suka darimu..

Yang selalu menanyakan sudah makan? Setiap saat selalu kontrol aku di mana..

Betapa bucinnya...

Selalu antisipasi bila ada hal2 yg bisa buat bahaya menimpaku..

Yang rela belikan sesuatu yang berharga buatku..

salam rinduku saat ini dan seterusnya hanya untukmu

Walau kau tak lagi bisa ditemui di alam nyata..

Simpan rasaku hanya untukmu..

Yang pernah dekat, lekat..

Alfatihah buatmu❤️


Jumat, 04 Oktober 2024

REFLEKSI DWI MINGGUAN PGP

 Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga Anda dapat semakin mengenali diri sendiri.

Seperti apakah refleksi yang bermakna itu?

  • Kegiatan berefleksi dapat diibaratkan seperti bercermin di air. Pantulan baru dapat terlihat jelas jika permukaan air tenang dan jernih. Ketika kondisi hati masih berkecamuk, sebaiknya kita menunggu dan mengendapkan pengalaman agar dapat berefleksi dengan mendalam.  
  • Refleksi perlu beranjak dari sekadar menuliskan kembali materi/pengetahuan yang sudah didapat. Lebih dari itu, materi tersebut perlu dikaitkan dengan proses yang terjadi dalam diri. Misalnya, apa yang membuat materi tersebut membekas di pikiran saya? Apa peristiwa dalam hidup saya yang berhubungan dengannya? Apa kaitan materi ini dengan diri saya sebagai seorang penggerak? Bagaimana saya akan menggunakan materi ini untuk murid saya?
  • Refleksi adalah momen untuk berdialog dengan diri sendiri dalam memaknai peristiwa. Karena itu, ceritakanlah pengalaman dan pemikiran yang ANDA sendiri alami. Bukan apa yang dialami, dipikirkan, atau dikatakan oleh orang lain.
  • Refleksi bermakna adalah refleksi yang jujur dan mendalam. Tidak hanya pengalaman dan pemikiran positif yang bisa ditulis. Kuncinya, sertakan emosi dalam menuliskan refleksi. Roda emosi Plutchik pada di bawah ini memberikan gambaran betapa kayanya perasaan yang manusia rasakan.  


Sumber: bit.ly/2d5PGN diterjemahkan oleh Ivan Lanin (2009)

Sama halnya dengan keterampilan lainnya, menulis jurnal refleksi pun perlu latihan dan pembiasaan agar dapat dirasakan manfaatnya. Selama program, Anda akan mendapat kesempatan untuk menuliskan refleksi setiap dua minggu sekali. Pada awalnya, mungkin tidak mudah untuk menuangkan gagasan reflektif ke dalam tulisan. Karena itu, untuk membantu Anda, kami menyajikan beberapa model refleksi yang dapat Anda gunakan. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di setiap model tersebut berfungsi untuk memandu Anda dalam mencurahkan isi pikiran dan perasaan Anda. Tuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam bentuk paragraf (tidak dalam poin-poin bernomor). Cobalah untuk memvariasikan model yang berbeda di setiap tulisan. Selamat berefleksi!

  

REFLEKSI KONSEP PEMBELAJARAN KHD

 REFLEKSI KONSEP PEMBELAJARAN KHD  

Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran  adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberikan ilmu yang berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan  adalah memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut menegaskan bahwa pendidikan dan pengajaran adalah dua hal yang  tidak dapat dipisahkan.

Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan semboyan yang sangat menginspirasi dalam dunia pendidikan yaitu Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat atau kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan). Trilogi semboyan pendidikan tersebut hingga kini terus berusaha diwujudkan dalam pengajaran dan pendidikan di Indonesia.

Secara teoritik pemikiran KHD sudah relevan dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini. Apabila kita tinjau kembali Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, pemikiran KHD telah terserap dalam kerangka pemikiran titik keberhasilan pendidikan secara nasional. Tetapi masalahnya, secara praktik pemikiran-pemikiran KHD tentang pendidikan dan pengajaran belum mampu secara utuh dan konsisten hidup dalam masyarakat pendidikan nasional.

Kita menemui pendidikan hari ini belum memberikan tuntunan pencapaian kodrat diri anak dan kebahagiaan dalam proses belajar. Sekolah masih harus terus berbenah agar mampu menjadi wadah tumbuhnya kodrat diri para peserta didik secara optimal. Pendidik masih harus terus belajar agar tidak lupa menuntun siswanya untuk mencapai kodrat diri dan terus mencoba menerapkan trilogi pendidikan. Pemikiran KHD apabila kita sandingkan dengan fenomena sekarang ini, di tengah tuntutan administrasi yang menuntut pendidik untuk mengerjakan. Tuntutan ambang batas angka ketuntasan belajar harus dikaji kembali, karena sedikit banyak membuat peserta didik tertekan dalam proses belajar, jelas hal itu bukan menjadi sebuah keselamatan dan kebahagiaan dalam belajar.

Sebagai refleksi dalam kehidupan sehari-hari saya sebagai pendidik, pemikiran KHD memang belum optimal diwujudkan. Proses transfer ilmu berfaedah demi kecakapan peserta didik memang sudah senantiasa dilakukan secara lahir, namun proses transfer ilmu secara batin masih harus dipertanyakan. 

Terkadang saya masih menganggap bahwa menjadi guru hanyalah sekadar profesi sehingga mengabaikan proses menuntun dalam keseharian mendidiknya. Trilogi semboyan pendidikan KHD juga belum mampu saya terapkan dengan maksimal dalam proses pengajaran di sekolah. Hal-hal inilah yang hingga kini terus saya  jadikan bahan renungan untuk terus belajar.

Dengan mempelajari modul 1.1 ini secara komprehensif, saya berharap mendapatkan energi dan feedback positif . Selain berharap mampu memahami pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara secara utuh menyeluruh hingga mampu menerapkannya untuk diri sendiri sebagai pendidik, saya juga berharap agar mampu menuntun peserta didik untuk mencapai kodrat diri, bahagia dalam setiap pembelajaran, tanpa tekanan dalam belajar dan mampu menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat. 

Dalam pembelajaran modul 1.1, saya berekspektasi untuk perlu adanya kegiatan diskusi secara fokus dan mendalam terhadap penerapan pemikiran KHD dalam keseharian pengajaran di sekolah dan pembahasan metode pengajaran yang mampu menuntun anak mencapai dan menguatkan kodrat anak,tumbuhnya kodrat diri para peserta didik secara optimal. Pendidik masih harus terus belajar agar tidak abai "menuntun" siswanya untuk mencapai kodrat diri dan terus mencoba menerapkan trilogi pendidikan pemikiran KHD di tengah tuntutan administrasi yang menggunung.

Akan tetapi saya sangat senang belajar dari materi ini, karena menggugah jiwa saya sebagai pendidik untuk lebih memposisikan sebagai pendidik yang bisa mengantarkan peserta didik belajar dengan selamat dan bahagia. Melaksanakan pembelajaran yang menghamba kepada kebutuhan peserta didik.

 https://youtu.be/YBqW3vwIw-c?si=nFbvTUfB1_ELAQnE

 

 


Kamis, 03 November 2022

Abu Sudja' Ulama Desa yang Bersahaja

  ABU SUDJA' ULAMA DESA YANG BERSAHAJA.

Oleh : Zahrotul Fitriyah, S.Pd

Kyai Abu Sudja' lahir pada tanggal 15 Juni 1905 di dusun Tawang Rejo desa Rembang Kepuh kecamatan Ngadiluwih kabupaten Kediri. Berdasarkan wawancara Penulis dengan salah satu putri Beliau, Kyai Abu Sudja’ adalah berpencaharian sebagai seorang petani. Tetapi dedikasinya terhadap dunia pendidikan agama sangat luar biasa. Ini terbukti dari cerita sang putri ragilnya dari isteri yang ketiga. Semua anak-anaknya dididik sendiri oleh Beliau dalam hal mengaji.

Riwayat hidupnya pada tahun 1941 sampai dengan tahun 1957, Beliau menjalani hidup sebagai seorang petani dan mengajar tanpa mendapat gaji atau boleh dikatakan mengajar dengan cuma-Cuma. Itu Beliau lakukan dengan tekun, sabar dan telaten.

Pada tanggal 09 Nopember 1956 hingga tanggal 05 Juli 1959, Kyai Abi Sudja’ menjadi anggota Dewan Konstituante Republik Indonesia. Beliau seorang Hafidzul Quran. Pendidikan Beliau pernah sekolah di AMS (SMA) / sederajat dan S1 Bachelor / sederajat. Beliau juga nyantri di Pondok Tebu Ireng Jombang selama lima tahun. Disamping itu juga pernah tholabul ilmi ke pesantren Siwalan Pandji di Sidoarjo. Bahkan Beliau mencari ilmu hingga ke tanah suci Makkah  selama kurang lebih tujuh tahun. Disana Beliau menghafal Al Quran 30 juz selama tujuh bulan saja. Betul-betul karomah yang diberi oleh Allah atas waktu yang cukup singkat untuk menghafal kitab suci-Nya. Bila saja otaknya  bisa dibuka, mungkin tertulis ayat-ayat Al Quran di sana. Andai hatinya bisa diterka, aka nada rekaman firman-firman Allah di sana. Di negei Hijaz ini, Beliau juga mempelajari kitab-kitab yang lain selain Al Quran. Belajar dari dari satu guru ke guru yang lain. Mungkin ini yang membuat jiwanya terpatri tak pernah lepas dari Allah dan rasul-Nya.

Kyai Abu Sudja’ sangatlah gagah. Beliau memiliki kuda yang ditungganginya kemana-mana.  Beliau beristeri tiga  orang dan memiliki tujuh belas orang putera puteri dari hasil pernikahannya. Walaupun demikian ketiga isteri dan anak-anaknya hidup rukun, damai dan tenteram. Rumah isteri kedua dan ketiga saling berhadapan. Pun rumah anak-anaknya dari ketiga isterinya juga berjajar berderet. Sekarang jalan gang yang menuju ke rumah Beliau dinamakan jalan Abu Suja’.

Pada jaman agresi militer kedua, Kyai sangatlah ditakuti Belanda. Beliau menjadi salah satu Kyai buronan Belanda, karena dianggap ekstrim atau berbahaya bagi Belanda. 

Pada jaman pemberontakan PKI tahun 1965, Beliau dan isteri serta anak-anaknya menjadi target sasaran PKI untuk dibunuh. Bahkan sudah disediakan lubang galian untuk kyai dan keluarganya ini. Walhasil, kyai selalu dikawal Banser dan Pemuda Ansor kemanapun pergi. Akhirnya gerombolan PKI sendirilah yang celaka dan masuk ke dalam lubang galian tersebut. Siapa menggali dia yang celaka sendiri.

Tidak hanya berhenti di situ  saja, upaya PKI untuk mengganggu keluarga Kyai. Perkebunan tebu milik haji Abu Sudja’yang waktu itu menjabat sebagai Rais Syuriyah PCNU kabupaten Kediri, dipanen habis-habisan oleh PKI. Tanaman tebu seluas tiga hektar itu ditebang PKI, BTI (Barisan Tani Indonesia) dan langsung menjualnya ke pabrik gula Ngadirejo. Karena Pemilik tanah sudah kenal dengan pimpinan pabrik, maka tebu yang dijual PKI itu uangnya diberikan kepada Abu Sudja’. Betapa marahnya PKI atas perlakuan ini. Mereka merasa terkecoh. 

Usaha PKI tidak pernah kehabisan akal. Ada saja tipu daya mereka. Mereka kemudian memagari lahan tebu yang masih tersisa dan mengklaim sebagai lahan BTI. Ketika merasa pemimpinnya terganggu, pemuda Ansor bangkit melawan PKI.bahkan para pendekar Pagar Nusa merasa tersinggung atas ulah PKI ini. Kemudian mereka berangkat mencabuti pagar lahan yang dibuat oleh BTI, dan mengganti dengan menancapkan bendera Ansor di sana. Karena jumlah Ansor lebih banyak, dan PKI sedikit, maka mereka lari tunggang langgang meninggalkan lahan yang sebelumnya dikuasainya.

Pernah pada suatu hari, dan ini kerap sekali setiap habis panen, rumah Kyai disatroni perampok. Suatu ketika rumah Kyai didatangi sekawanan perampok satu mobil. Mereka berniat menyandera Kyai, isteri dan anak-anaknya, dan akan menguburnya hidup-hidup.  Mereka mengikat Kyai di kursi, dan berhasil mengambil uang dan perhiasan yang ada. Kyai berkata,”Kamu ambil semua harta bendaku tidak apa-apa. Tapi jangan coba-coba kamu semua menyakiti anak dan isteriku!”

Perampok berhasil mengambil semua harta benda, tetapi selang beberapa hari kawanan perampok itu ditangkap polisi, bahkan sampai dilakukan rekonstruksi di rumah Kyai.

Kegiatan rutin Beliau setiap ramadhan adalah menjadi imam shalat tarawih dan witir di masjid Al Munawar. Masjid ini adalah hasil tanah wakaf abah beliau yaitu Mbah Munawar. Banyak warga kampung yang mengeluh dengan diimami Kyai Abi Sudja’, karena surah yang dibaca ketika tarawih adalah surah Al Baqarah dan surah-surah panjang lainnya.Bahkan tarawih selesai pada jam 11 malam. Selain itu, Kyai juga mempunyai jadwal pengajian rutin seminggu sekali di masjid Setono Gedhong, masjid yang dekat dengan makam Auliya Kediri yaitu Mbah Wasil.

Beliau juga termasuk salah satu Kyai pentashih kitab, tetapi belum diketahui putri ragilnya dari isteri yang ke tiga ini, kitab apa namanya. 

Beliau juga dikenal unik, tidak suka apabila dipanggil dengan julukan Pak haji atau Pak Kyai. “Jenengku iku Abu Sudja’, dadi aku ora seneng diembel-embeli ngunu kuwi.” kata Beliau kala itu.

Kunci keberhasilan Beliau adalah istiqamah mengaji dan juga bekerja. Jadi seimbang antara dunia dan akhirat. Meskipun tergolong piyantun yang lahir pada jaman kolonial, tetapi pemikiran Beliau sangat demokratis. Semua anak laki-laki dan perempuannya disekolahkan hingga tingkat tinggi menjadi mahasiswa, walaupun ada yang menolak tidak mau kuliah dan hanya mau belajar di pesantren saja.

Beliau memang tidak memiliki pesantren, tetapi suka mendidik keponakan-keponakan dan saudara-saudaranya yang jauh dan dekat dari pihak ketiga isterinya di rumah Beliau. Jadi suasana sama persis seperti di pesantren.

Sebelum meninggal Kyai mewakafkan tanah Beliau untuk kepentingan masjid dan madrasah. Pesan Beliau kepada anak cucu dan warga setempat untuk selalu merawat, menjaga tanah wakaf yang telah didirikan masjid dan madrasah, supaya hasilnya tetap baik dan bermanfaat. Beliau meninggal pada usia 85 tahun, dan dimakamkan di desa Tawang Rejo desa rembang Kepuh kecamatan Ngadiluwih.


                                            


Jumat, 04 Maret 2022

Hanya Sebuah Fantasi

 Hanya Sebuah Fantasi


Bodohnya diri ini

Tolol dan dungu

Hanya berekspektasi

Tanpa ada upaya diri

Untuk bisa menjadi lestari


Aku hanya sibuk dengan diri

Menelantarkan rasa yang merasa tersakiti

Membiarkan merpati putih terbang mencapai heningnya hati


Apa dayaku

Rasa tak cukup dianulir

Logika tak kuat buat berpikir

Aku hanyalah ...

Bukan penguasa hati milik sang merpati ...

Dia tetap ingin terbang tinggi ...

Mungkin mata ini tak bisa menembus batas kepak-kepak sayapnya ...

Hanyalah hati, yang tinggal meratapi

Semua butuh terjadi

Untuk merpati mencapai ujung hening malam ini

Seputih sayapnya sedamai harapnya


Ujung malam, March 4th 2022

Kamis, 05 Agustus 2021

 Tersungkur Asa

Harapku kian tipis, ketika kamu kemarin membentakku dengan kata-kata yang tak ingin aku dengar. Aku membayangkan itu ketika kamu berbicara di dekatku. Aku tak kuasa menerima. 

Tapi toh akhirnya aku menyadari ketika kamu mengucap bahwa aku menyakitimu dengan kata yang membuatmu terperanjat. Aku tidak tahu kondisimu. Aku mengira dan sangat berharap kamu baik-baik saja.

Pada akhirnya aku harus menerima kondisi ini. Kita sama-sama tersakiti oleh kata yang meluncur tanpa arah. Karena menuruti ego diri yang tak terkendali.

Hal yang tidak kita inginkan terjadi. Aku yang berusaha ingin diperhatikan olehmu, dibuai oleh lembutnya sikap dan kasihmu tiba-tiba harus tersandung oleh sebuah frasa tak terbendung.

Pengorbanan diri tak pernah aku rasai sebagai beban di hati. Aku baru tahu dan mengerti, denganmu, aku tak pantas menuntut sebuah ekspextasi akan berharganya diri. Aku harus mengerti dan mengerti kamu. Tapi ternyata, aku tidak lulus di uji dengan semua ini.

Sabtu, 17 Juli 2021



Penulis : Zahrotul Fitriyah (Zahra Fitria)

Judul : HIDUP TAK BOLEH REDUP

BAB 4 : Titik Terendah Kehidupan


Pernahkah kamu merasa berada pada titik terendah kehidupanmu? Merasa seolah-olah dirimulah yang paling menderita di dunia ini? Jatuh pada jurang kehidupan yang paling dalam?


Sebuah episode mencekam, menegangkan sekaligus menguras tenaga, pikiran dan perasaan menghadapi tantangan hidup? Apalagi di masa pandemi ini, memang suatu keniscayaan bila hampir seluruh umat manusia merasakan hal yang sama.


Bagaimana tidak? Bila hampir semua lini sisi kehidupan terkoyak sudah. Seperti tak ada lagi harap. Kegiatan perekonomian macet, tidak bisa menghasilkan pundi-pundi keuangan lagi. Kalaupun toh ingin meraup untung dari hasil penjualan, juga tidak bisa maksimal. Udah deh, kayak fatal. Itu yang bergulat di dunia pasar, seperti Pak Ahmad.


Dunia pasar memang tidak bisa kita pungkiri, semua bergantung kepada konsumen. Daya beli konsumen tinggi, maka hargapun ikut melonjak, apalagi tidak adanya ketersediaan barang. Waah, bisa parah dah. Bila daya beli konsumen rendah, harga bisa jadi murah. Dan itu bila stok barang melimpah.


Tapi kalau dipikir, apakah mungkin masa pandemi ini stok bisa melimpah bila pengiriman barang dari luar mengalami penundaan kirim karena operasi di jalan untuk kendaraan juga banyak yang dirazia? Tapi kalau kebutuhan pasar bisa diakomodir oleh daerah sendiri, itu masih lumayan. Ini yang terjadi di pasar nyata. Belum tahu juga kalau harus menengok pasar saham, mungkin tetap berimbas kepada nominal per-sahamnya. Ahh, kalau mikir yang begini mah, bisa pusing sampai-sampai botak kepala.


Memang dunia itu sempit kali yaa? Artinya kita menyikapi dari satu sisi saja, tanpa mau berpikir ke sisi lain yang sebetulya bisa menjernihkan hati dan pikiran kita. Bu Hasanahlah orangnya. Seorang perempuan yang bisa dikatakan tegar menghadapi setiap ujian kehidupan. Tidak banyak menuntut kepada suaminya, menerima dengan ikhlas apa yang diterima serta bisa memberi dorongan kuat kepada Pak Ahmad untuk jalani hidup dengan sabar dan tawakkal.


Latihan urip soro, sudah dijalaninya dari kecil. Sehingga bila menjumpai terjalnya sandungan hidup, dia masih bisa berpikir jernih. Pengalaman belajar serta menuntut ilmu di pesantren jadi landasan kuat untuk bisa bertahan hidup sekaligus menjernihkan hati. Sehingga tidak sampai khilaf ketika cobaan melanda.


Kalau kita pikir, sebetulnya berapa sih bayaran untuk tenaga honorer seperti dia di sekolah swasta? Gajinya nggak akan cukup untuk membayar dunia ini. Jangankan dunia, biaya pendidikan anak-anaknya saja kalau sudah tiba waktunya, kadang tidak ada apa yang harus dibayarkan. 


Kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi, itu sudah sesuatu yang patut disyukuri untuk keluarga Bu Hasanah dan Pak Ahmad. Tidak ada kata lebih, sederhana itulah yang berkah. Kalau hidup untuk membayar gengsi demi sebuah prestise diri, pasti jatuhnya tidak akan membawa manfaat hakiki. Justru menjatuhkan diri ke kubangan kehidupan yang sedih.


Sebuah biduk rumah tangga memang membutuhkan seorang pemimpin keluarga yang hebat dan tangguh.Tetapi kehebatan dan ketangguhan seorang suami tidak akan ada artinya bila tidak didukung pasangan perempuan yang hebat pula. Keduanya harus saling menguatkan. Saling bekerja sama, tolong menolong satu dengan yang lain. Berdiskusi ketika ada masalah dan mencari solusi untuk keluar dari rumitnya cobaan hidup yang menghimpit.


Bu Hasanah memang sederhana, tetapi soal keyakinan hidup, kematangan berprinsip tidaklah sederhana. Dia memang perempuan kampung yang dari kecil hidup dalam kebersahajaan. Orang tua-nya hanya seorang guru sekaligus petani desa. Tetapi keinginannya untuk selalu menimba ilmu dalam hidup tidak  pernah pudar hingga dia memiliki anak-anak yang sudah besar dan dewasa.


Soal fisik rupa, Bu Hasanah juga tidak jelek. Bahkan semakin dipandang, semakin nampaklah  aura cantik-nya. Siapa yang pertama kali bertemu dengan-nya, kesan yang ada pastilah menilai orang yang sabar dan bijak.


Terhimpit pada masalah rumitnya hidup, sudah bukan barang baru buatnya. Keyakinan terdalamnya, barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, Dia yang akan mencukupi keperluan makhluk-Nya. Memiliki hati sebening embun, haruslah diasah. Diberi-Nya manusia dengan cobaan adalah sarana Allah meningkatkan derajat bagi orang yang bertaqwa. Meskipun manusia itu berada pada titik terendah kehidupannya.






Bersambung...